Jepara, 2 May 2010
Nak, sengaja ku tumpahkan dalam tulisan segala nasehatku untuk mu. Ku harap dengan tulisan aku dapat memberikan apa yang ku pikir dapat ku tinggalkan kepadamu, sesuatu yang lebih berharga daripada sekedar materi. Mungkin saat ini kau tidak dapat memahami keseluruhan maksud dari tulisan ku, namun simpanlah Nak, kelak suatu saat nanti mungkin kan kau petik sesuatu yang dapat berguna bagi hidup mu atau adik mu, karena aku tak bisa mendampingi mu selamanya. |
|
Ketahuilah Nak, tidak ada yang bisa menjadi dirimu lebih baik daripada kamu sendiri. Tidak ada yang dapat mengenal dirimu lebih dalam daripada engkau sendiri, maka letakan keyakinanmu pada dirimu. Aku, orangtua mu, boleh saja memberikan nasehat dan pandangan tentang kehidupan, karena kami telah melalui banyak hal yang belum pernah engkau lalui, maka kami banyak mengetahui, apa yang terjadi sebagai akibat dari suatu sebab yang biasanya timbul di usia-usia seperti mu. Namun Nak, ketahuilah, kami pun bisa salah. Karena seringkali kami memiliki keinginan untuk menciptakan sosok yang kami ingini pada mu, mengambil sebagian besar kehidupan mu untuk kami ciptakan sebagai kehidupan kedua kami. |
|
Ku akui, seringkali timbul keinginan untuk membentukmu menjadi seseorang yang aku inginkan. Maafkan, Nak, kau berhak atas hidup mu sendiri. Seringkali ku berpura-pura tidak mengerti batasan antara wujud cinta kasih dan nafsu kami untuk menjadikan mu seseorang yang kami inginkan, agar aku dapat bertindak sesuai keinginanku sambil mengatasnamakan cinta. |
|
Bahkan, pada saat menuliskan ini pun aku tidak terlalu yakin apakah aku benar-benar terbebas dari keinginan ku sendiri atas hidup mu, Nak. Dan hanya ada satu cara bagimu, dengarlah kata hatimu sendiri dan kenali reaksi tubuhmu. Ingatlah, kau boleh menerima nasehat, membaca tulisan tentang kehidupan, tuntunan kebaikan dari manapun…, namun jangan pernah abaikan suara hatimu. Tidak ada satu keharusan untuk meyakini buah pikiran orang lain tentang kehidupan, kau memiliki hidup dan pengalaman mu sendiri. Pakailah pengalaman dan buah pikiran orang lain hanya sebagai wacana, sebagai referensi. Sebelum kau sendiri memiliki pengertian cukup tentang itu untuk dapat menganalisanya, biarkanlah hal-hal tersebut tetap menjadi sebuah wacana. |
|
Kelak, atau bahkan mungkin telah mulai terjadi, timbul banyak pertanyaan dalam benakmu tentang kehidupan. Ketahuilah Nak, dunia menyediakan banyak jawaban baku yang mengharuskan kau menerima tanpa boleh mempertanyakan dengan alasan moralitas dan sejenisnya. Namun kini ku katakan padamu Nak, carilah jawaban mu sendiri jika jawaban baku yang disediakan dunia tidak dapat diterima oleh pikiran dan rasa mu. |
|
Jangan kau tumpulkan pikiranmu dengan kewajiban meyakini sesuatu yang kau tidak mengerti atau percaya, dan jangan pula engkau tumpulkan rasa mu dengan nafsu untuk memberi nama Kebenaran pada segala sesuatu yang kau pilih dan inginkan. |
|
Jangan kau hiraukan begitu saja keingintahuanmu tentang kehidupan, carilah jawabnya. Hingga pada saatnya nanti kau melepaskan keingintahuanmu bukan karena kau putus asa mencari jawab, atau dipaksa menerima jawaban yg tak dapat kau terima, namun kau lepaskan karena kau telah sungguh mengerti bahwa kau sendirilah yang menentukan jawabnya. |
|
Selama aku masih berada di sini untuk mendampingimu menjalani hidup, aku akan selalu berusaha menjawab setiap tanya yang kau ingin ajukan. Kau bebas mempertanyakan apapun yang kau inginkan, sebebas aku menjawab mu dengan cara-cara ku sendiri. |
|
Suatu saat mungkin kau bertanya, bagaimana rasanya buah anggur yang matang. Aku akan menjawab dengan mengatakan, “buah anggur itu terasa manis, kenyal dan berair, jika bijinya tergigit kau akan merasa getir di lidah mu.” |
|
Pada saat lain, mungkin kau juga akan bertanya, bagaimana rasanya buah apel malang. Aku hanya akan menjawab mu dengan satu kata, “makanlah!” dan memberikan mu apel itu untuk kau coba, dan membiarkan pengalaman yang menjawab pertanyaan itu. |
|
Gunakanlah pikiran mu sendiri untuk menyaring segala jawaban yang kau terima dari ku, dari siapa dan dari manapun. Dengarlah suara hati mu, dan cermati reaksi tubuhmu. Kau, tubuhmu, rasamu dan pikiran mu mengerti mana jawaban yang terbaik untuk dirimu sendiri, kau hanya perlu belajar untuk mendengar apa yang mereka katakan padamu. |
|
Ibu mencintaimu, Nak. Aku hanya ingin mendampingimu dalam beberapa saat di kehidupan mu, dan berusaha untuk tidak membentuk mu seperti yang aku inginkan. Membentukmu sesuai keinginan ku hanyalah wujud dari ketidakmengertian ku akan cinta. |
ingin sekali mempunyai sosok ibu sepertimu mbak 🙂
akupun juga ingin anakku besok ku perlakukan seperti itu 😉
nice nice
thanks 🙂
cuma mencoba untuk tidak egois dan merampas kesempatan dunia ini memiliki penghuni2 baru yang lebih baik…. dah telalu banyak robot menciptakan robot….
ho no co ro ko do to so wo lo …
anak ciloko mboke mesti tegowo-gowo …
kebebasan memang baik dan perlu ,
bagi mereka yang memang telah mengerti arti kebebasan …
walau kadang memang …
mereka hanya akan mungkin memahami makna kebebasan melalui belenggu keteraturan …
he … he … he …
eeh…, ada yang mampir… 😀
gini, jeq… pengertian tentang kebebasan yang dipahami melalui belenggu keteraturan, sangat mungkin menimbulkan kebebasan berupa pemberontakan.
jika seorang anak tidak dibelenggu, maka ia akan belajar untuk bertanggung jawab atas segala perbuatannya. dan ia akan belajar, bahwa semakin ia memiliki kebebasan… semakin besar tanggung jawab yang ia pikul bagi dirinya sendiri.
orang tua memposisikan diri sebagai pendamping, bukan pengambil keputusan bagi setiap hal dalam hidup anak.
Bagus juga memberi kebebasan seluas-luasnya bagi sang anak untuk membentuk dirinya. Minimal kita memberikan basic reference berupa pengalaman atau buku yang layak dibaca. Kalau dilepas gitu aja ya jelas bisa bablas ngga karuan, nyasar-nyasar dan kesandung-sandung.
Salam.
eeh… ada bung lambang…. 😉
basic reference yg gw sediakan buat mereka adalah ayat-ayat yg tertulis dalam hidup di keseharian…. reference berkutnya mereka gw sarankan untuk membaca, dan terus belajar. gw juga menyediakan diri untuk tempat bertanya selama gw masi ada di sini. keputusannya untuk menerima atau menolak apa yg mereka dapat dari pelajaran dan jawaban-jawaban itu menjadi pilihan bebas bagi mereka.
di post religion part 1, gw juga ungkapin tentang hal ini.
thanks anyway untuk mampir. sorry, lagi kehabisan kopi… ga bisa nyediain apa-apa…. 🙂